Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

CITY TOUR JOGJA ( LENGKAP)

0 komentar

LAPORAN CITY TOUR




Nama         :  Merlin Anggraini
Kelas         :  X UPW 1
No              :  15

SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan city tour ini. Penyusunan laporan city tour ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas bagi siswa kelas X jurusan Usaha Perjalanan Wisata (UPW) SMK N 4 Yogyakarta dalam mata pelajaran Guiding.
Pen
ulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru Guiding yaitu Ibu Agustita Wijayanti yang telah memberikan arahan untuk penyusunan laporan city tour ini.
Semoga laporan city tour ini dapat bermanfaat serta memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan city tour ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.

Yogyakarta, 25 Mei 2013
Penulis

Merlin Anggraini


PETA CITY TOUR
Opening
       Selamat siang bapak, ibu sekalian. Saya ucapkan selamat datang di kota Yogyakarta. Tepatnya di Edotel SMK N 4 Yogyakarta. Bagaimana dengan perjalanan sebeleumnya bapak, ibu sekalian? Apakah menyenangkan? Atau mungkin membosankan? Ya, saya harap perjalanan yang telah bapak, ibu lakukan sebelumnya merupakan perjalanan yang menyenangkan dan dapat memberikan inspirasi untuk bapak, ibu sekalian kedepannya. Lalu bagaimana dengan keadaan bapak, ibu? Sehat? Ya, saya harap keadaan bapak, ibu sehat-sehat saja sehingga kita bisa melakukan perjalanan selanjutnya.
        Baiklah bapak, ibu sebelumnya perkenalkan nama saya Merlin Anggraini. Bapak, ibu sekalian bisa memanggil saya Merlin. Saya dari Sun Indo Tour & Travel, akan menemani bapak, ibu sekalian untuk melakukan program kita pada siang hari ini yaitu City tour. Sebelumya saya akan bertanya, apakah bapak, ibu sudah pernah datang ke Yogyakarta? Ya, mungkin ada yang sudah dan ada yang belum ya. Baiklah bapak, ibu saya akan menceritakan sedikit tentang kota Yogyakarta.


Jogja In General
Di Indonesia, Yogyakarta menjadi daerah tujuan wisata kedua setelah Pulau Bali. Nama Yogyakarta berasal dari empat kata yaitu, Ayodya, Hayu, Bagya, dan Karta. Ayodya yang berati tempat, Hayu yang berarti cantik, Bagya yang berati bahagia, dan Karta yang berarti makmur/sejahtera. Jadi Kota Yogyakarta adalah tempat yang cantik, bahagia dengan penduduknya yang makmur. Yogyakarta memiliki 4 Kabupaten dan 1 Kota Madya. 4 Kabupaten tersebut adalah Kab. Bantul,  Kab. Gunung Kidul, Kab. Sleman, Kab. Kulon Progo dan 1 Kota Madya yaitu Kota Yogyakarta. Kota ini memiliki iklim tropis dengan 2 musim: musim kemarau antara bulan Mei untuk September dan musim hujan antara Oktober sampai April.
Yogyakarta memiliki banyak denominasi seperti: Kota Gudeg karena gudeg adalah makanan khas Jogja yang  terbuat dari nangka, santan, gula aren, ayam lokal dan telur. Dan kemudian Jogja sebagai Kota Pelajar karena ada 127 univercity dan yang terkenal adalah Universitas Gajah Mada (UGM) yang merupakan universitas terbesar di Inonesia, Lalu Jogja sebagai kota andhong, kota sepeda, kota budaya dan pariwisata, dan satu lagi Jogja sebagai kota perak karena kerajian maupun pembuatan perak bisa kita temukan di kawasan kota Gede. Yoyakarta juga memiliki banyak transportasi tradisional maupun modern. Misalnya Andhong (kereta kuda/delman), becak (padicap), taksi, mobil sewaan/sepeda motor, bus kota dan Trans Jogja (bus way). Makanan khas Yogyakarta ada Bakpia, Gudeg, Yangko, Kipo, jadah, gethuk, wajik, sawut dll.

1.   Edotel SMK N 4 Yogyakarta
Hotel ini merupakan unit produksi jurusan Akomodasi Perhotelan (AP) yang di resmikan pada hari Rabu, 8 Juni 2005 oleh Walikota kala itu yang bernama Herry Zudianto. Edotel (Education Hotel) ini memiliki 2 tipe room, yaitu deluxe room & standard room. Kelas standard room terdapat di lantai 2 dengan jumlah 6 kamar sedangkan deluxe room terdapat di bagian bawah dengan jumlah 10 kamar. Untuk deluxe room akan mendapat sarapan berupa roti & teh yang biasa disebut dengan continental breakfast. Edotel ini juga memiliki fasilitas seperti : metting room, restaurant, dan hotspot area (wifi).
2.   Pasar Ikan (Jogja Fish Market)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHAGduc6PbawbqVx3FR6THlsoY8RO8ul7XEUMkkYgueweQf_LyXIrjbCe9eclyALuXXPuR5QcpBR8lmO4L1X2JAaPEm4-mTbvIelUOK_8b23-_uasOL23227GDUKtJe_KndDpBv2zImMc/s1600/DSC05035+%2528Small%2529.JPG
Pasar ikan ini berada di jl. Tegal Turi kecamatan Umbulharjo, Giwangan. Jogja fish market ini buka setiap hari pukul 08.00-21.00. Pada awalnya, pasar ikan ini didirikan oleh Pemerintah karena tingkat konsumsi ikan masyarakat jogja sangat rendah. Maka dari itu dibangunlah pasar ikan ini dengan tujuan agar masyarakat sekitar gemar mengonsumsi ikan. Tetapi karena letak pasar ikan ini dekat dengan pasar induk Giwangan, maka orang-orang lebih memilih membeli ikan di pasar induk dari pada di pasar ikan. Kemudian lama-kelamaan pasar ikan pun bangkrut dan sekarang sudah tidak buka lagi. Pasar ikan ini sudah beralih fungsi menjadi tempat penjualan makanan/jajanan pasar.

 

 

3. Kota Gede

http://www.jogjawae.com/wp-content/uploads/2011/09/kotagede.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUEENOMUZJEZ7nNFdg5nlnkWrvXbHnLJz_Dh8qnk1aCpi1ZIXJA7rhji0LZmpkK0_IQyqV3-9fs818dQ2T4onMX9pdwQbYUQzsgLJUi5QvjsDcWrq_QG-NXejbhtqM9DFMqN9QEHIRYTmR/s1600/Kotagede.jpg

Kotagede atau Kutagede adalah sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kotagede berbatasan dengan Kabupaten Bantul di sebelah utara, timur, dan selatan, dan kecamatan Umbulharjo di sebelah barat.Nama 'Kotagede' diambil dari nama kawasan Kota Lama Kotagede, yang terletak di perbatasan kecamatan ini dengan kabupaten Bantul di sebelah selatan.

 

Ø  Sejarah

 

Pada tahun 1577 M, Ki Ageng Pamanahan yang mendapatkan hadiah sebuah wilayah di Mataram dari Sultan Pajang karena jasanya mengalahkan Aryo Penangsang, membangun istananya di Kotagede (cikal bakal Kesultanan Yogyakarta). Kerajaan Mataram Islam yang beribukota di Kotagede ini mengalami perkembangan pesat pada masa kekuasaan Sultan generasi keempat, Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Setelah Sultan Agung wafat dan digantikan putranya, Amangkurat I, Kerajaan Mataram mengalami konflik internal yang dimanfaatkan oleh VOC hingga berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada bulan Februari 1755 yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Pangeran Mangkubumi kemudian menjadi sultan pertama Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwana I. Sultan Hamengku Buwana I kemudian membangun pusat pemerintahan baru di tempat yang sampai sekarang masih bisa kita saksikan sebagai Keraton Yogyakarta.

Di daerah selatan perkampungan Kotagede, terdapat Pasar Gede atau Sargede yang merupakan pasar tradisional yang dibangun pada masa Panembahan Senopati. Meski bangunannya hanya memakai arsitektur sederhana dan seadanya, Sargede telah menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat pada zamannya. Hal inilah yang membuat Kotagede dulunya dikenal dengan nama Pasar Gede atau Sargede. Kemeriahan Pasar Gede yang selalu ramai bisa kita nikmati setiap hari hingga sekarang. Namun kita akan menemukan suasana lain apabila kita datang ke Pasar Kotagede pada saat kalender Jawa menunjukkan pasaran/hari Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar bisa melebar hingga ke depan Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, oleh sebagian besar penduduk Kotagede, pasar ini lebih dikenal dengan nama Pasar Legi.

 

Ø  Wilayah yang terbelah

 

Wilayah Kecamatan Kotagede sebagian merupakan bagian dari bekas Kota Kotagede ditambah dengan daerah sekitarnya. Sedangkan bagian lain dari bekas Kota Kotagede berada di wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Kondisi seperti itu kadang-kadang menyulitkan untuk membangun Kotagede dalam konteks sebagai bekas Kota yang masyarakatnya mempunyai kesatuan sosiologis dan antropologis. Sampai sekarang masyarakat bekas Kota Kotagede dalam kegiatan sosial sehari-hari masih sangat solid dalam kesatuan itu.

Kesulitan pembangunan oleh pemerintah muncul ketika penanganan dilakukan oleh stake-holder pemerintah di tingkat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu menyentuh wilayah bekas Kota Kotagede yang masuk wilayah Kota Yogyakarta. Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bantul hanya bisa meneyentuh wilayah yang masuk Kabupaten Bantul.

Soliditas masyarakat tersebut mewujudkan sebuah kesatuan wilayah yang tak terpisahkan sebagaimana dulu batas wilayah Kota Kotagede ini masih eksis. Wilayah bekas Kota Kotagede harus ditangani oleh dua unit Pemerintah yang berbeda. Dalam konteks otonomi daerah sekarang ini, ketika kewenangan tingkat Kabupaten dan Kota relatif besar, makin terasakan betapa mereka harus menghadapi 2 (dua) kebijakan yang berbeda untuk satu kesatuan wilayah tersebut. Salah satu contoh permasalahan yang segera dapat dilihat atau dirasakan masyarakat adalah bila menyangkut penanganan kawasan heritage. Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mempunyai perbedaan prioritas. Maka masyarakat Kotagede harus atau lebih sering berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai kota tua bekas Ibukota kerajaan, Kota Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang amat berpotensi bagi kemakmuran masyarakatnya. Namun hambatan pembagian wilayah pemerintahan akan terus menjadi permasalahan yang tak pernah dibahas dalam tingkat kemauan politik, kecuali masyarakatnya menghendaki.

Daftar kelurahan di Kotagede

           Kelurahan Rejowinangun yang memiliki kode pos 55171

           Kelurahan Prenggan yang memiliki kode pos 55172

           Kelurahan Purbayan yang memiliki kode pos 55173

 

Ø  Tempat wisata :

 

1.    Makam raja-raja Mataram

Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini, misalnya terlihat di kompleks Masjid Besar Mataram yang terasa masih seperti di lingkungan kraton, lengkap dengan pagar batu berelief mengelilingi mesjid, pelataran yang luas dengan beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah bedug berukuran besar.Selain itu di Kotagede juga terdapat makam raja-raja Mataram antara lain makam Panembahan Senopati. Namun kemudian makam raja-raja Mataram dipindahkan ke daerah Imogiri oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.

2.    Kebun Binatang Gembira Loka

3.    Kawasan sentra kerajinan perak jalan Kemasan

4.    Pasar Legi

Keluar dari Komplek Makam Raja-Raja pengunjung akan disambut oleh kemeriahan Pasar Kotagede yang selalu ramai setiap hari. Namun terdapat suasana lain apabila datang ke Pasar Kotagede di kala penanggalan Jawa menunjukkan hari pasaran Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar bisa bertambah hingga depan Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, oleh sebagian besar penduduk Kotagede, pasar ini lebih dikenal dengan nama Pasar Legi. Kipo dan yangko adalah makanan khas Kotagede yang bisa diperoleh di Pasar Legi dan sekitarnya.

                                                                                                                  

Ø  Alas Mentaok, Joglo, dan rumah Kalang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTo1k_8g5gz0sOS0Pt3Mfoyt7FWxP-jP2j6SQtKCQ9sht3vL99m0XVfuUO_3polTsGg5FrWwrKoavkKoF7Oud8jbNeUsNnmHVSwzqfdCQqRfG5sdpq6zKurTRzAcUeMfKZMXlQ9D0u8Rg/s1600/rumahKalang.jpg
Rumah Kalang di Jalan Mondorakan, Kotagede, Yogyakarta, yang rusak akibat gempa tahun 2006, dijual dalam kondisi terbengkalai. Rumah Kalang yang berarsitektur megah merupakan bagian dari pusaka budaya Kotagede. Pada mulanya adalah sebuah hutan belantara bernama Alas Mentaok. Hutan ini dihadiahkan Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang, kepada Ki Ageng Pemanahan setelah Arya Penangsang, musuhnya, ditaklukkan Danang Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan. Bagi Hadiwijaya, menyerahkan Alas Mentaok bukanlah keputusan yang mudah.
Raja yang naik takhta tahun 1568 ini sempat ragu-ragu sebelum melepaskan tanahnya kepada Pemanahan. Sebab, sesuai ramalan Sunan Giri, Mentaok kelak akan berkembang menjadi kota besar dan pusat politik Mataram, yaitu Kotagede.Kekhawatiran Sultan Hadiwijaya ini dipaparkan sejarawan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, almarhum G Moedjanto dalam bukunya Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-Raja Mataram, terbitan Kanisius, Yogyakarta (1994). Dan benar, seiring perkembangan zaman, Kotagede yang awalnya hanyalah hutan belantara, akhirnya mengalami proses transformasi luar biasa menjadi sebuah kerajaan sekaligus pusat ekonomi.
Kotagede yang merupakan pusat Kerajaan Mataram mendapat landasan kokoh ketika putra Ki Ageng Pemanahan, Danang Sutawijawa atau Senopati ing Alaga, mulai bertakhta dengan gelar Panembahan Senopati (1575-1601). Hingga sekarang, makam Panembahan Senopati di Kotagede masih terawat dan selalu dijaga para abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo.Berada satu kompleks dengan makam Panembahan Senopati terdapat Masjid Mataram atau sering disebut Masjid Keraton Kotagede. Sama seperti Kerajaan Mataram lainnya, Kerajaan Mataram Kotagede dibangun dengan konsep Catur Gatra Tunggal, di mana kompleks kerajaan selalu terdiri dari empat bangunan pokok, yaitu keraton, alun-alun, masjid, dan pasar. Sisa empat poros bangunan kerajaan itu masih bisa disaksikan, seperti masjid dan kompleks makam Kotagede.
Dilihat dari sejarahnya, Kotagede menjadi saksi perguliran sejarah periode awal Kerajaan Mataram yang masih kental dengan nuansa Hindu, kemudian masuk periode Islam hingga masa pendudukan Kolonial Belanda. Karena itu, di Kotagede bisa ditemukan bangunan-bangunan yang memiliki ornamen-ornamen sesuai dengan zaman pembuatannya.Pemerhati seni, budaya, dan pariwisata Kotagede, Muhammad Natsir, mengatakan, corak atau ornamen bangunan-bangunan kuno menunjukkan periode masa pembuatannya. Sebagai contoh, ukir-ukiran pada bangunan joglo memiliki corak sesuai periodenya, yaitu Jawa-Hindu, Jawa-Islam, dan Jawa-Kolonial.
Bangunan joglo pada periode Jawa-Hindu memiliki ornamen berupa ukiran daun-daunan, sulur-suluran, bunga teratai, dan gambar binatang. Kemudian, joglo periode Jawa-Islam memiliki ukiran dengan ornamen kaligrafi Islam. Sementara itu, joglo periode Jawa-Kolonial ukir-ukirannya berupa mahkota kerajaan Belanda dengan perpaduan besi, jendela besar, atau kaca patri khas Barat.Perubahan periode zaman juga terlihat dari perubahan fungsi senthong tengah (bagian tengah dalam rumah joglo). ”Di zaman Jawa-Hindu, senthong digunakan sebagai tempat pemujaan Dewi Sri dan tidak digunakan untuk tidur. Namun, di zaman Jawa-Islam, senthong berubah fungsi menjadi mushala dan dimanfaatkan untuk shalat. Di zaman Jawa-Kolonial, fungsi senthong semakin tidak jelas karena ruangan ini bisa digunakan untuk bekerja, tidur, atau apa pun,” kata Natsir yang juga Ketua Yayasan Kanthil.
Sejarah kota kuno Kotagede mendapatkan ”cobaan berat” saat Yogyakarta diguncang gempa bumi dahsyat tahun 2006 lalu. Bagi Natsir, peristiwa ini membuka periode baru kawasan permukiman di Kotagede.”Sejak 2006 muncul periode baru Kotagede. Dahulu rumah Jawa di Kotagede yang semuanya mengarah ke selatan sekarang menjadi kacau. Karena sebagian bangunan rusak, orang kemudian membangun rumah sesuai keinginan mereka sendiri-sendiri, arahnya bermacam-macam,” kata dia.Masyarakat Jawa termasuk Kotagede memiliki sejarah panjang gempa bumi. Sejarah membuktikan, bangunan Jawa joglo sangat tahan terhadap gempa.
Pada saat gempa bumi mengguncang Yogyakarta tahun 2006 lalu, tidak ada joglo terawat di Kotagede yang roboh. Kalaupun ada yang roboh atau rusak itu karena kondisi joglo tidak terawat sehingga lapuk di bagian sambungan-sambungan kayunya.”Ketahanan joglo terhadap gempa sudah terbukti sejak zaman Mataram hingga sekarang. Kita masih bisa menemukan joglo yang dibangun sekitar tahun 1850. Masyarakat perlu belajar dari kearifan lokal yang sudah terbangun sejak dahulu,” ucapnya.
Joglo yang awalnya adalah bangunan-bangunan milik para ningrat Jawa dibangun dengan konsep terbuka sehingga memungkinkan terjadinya sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Selain itu, sirkulasi udara dan cahaya joglo juga dibuat lancar.Di sekitar Kotagede, kini masih banyak berdiri joglo serta bangunan Jawa lainnya, seperti limasan, kampung, atau panggang pe. Namun, tak dipungkiri ada pula pemilik yang akhirnya memilih menjual karena persoalan warisan atau sulitnya perawatan.
Lurah Jagalan, Kotagede, Solehuddin, mengatakan, sejak gempa bumi 2006 ada sembilan joglo tua di Kelurahan Jagalan yang dijual ke luar Kotagede. ”Alasan pemilik menjual rata-rata karena rusak, tidak mampu merenovasi, atau dibagi-bagi untuk warisan,” ujarnya.Selain joglo, peninggalan Kotagede pada periode Jawa-Kolonial terlihat jelas dari munculnya omah Kalang, yaitu rumah dengan tata ruang Jawa namun bergaya Barat. Sama seperti namanya, rumah ini dibangun oleh orang Kalang yang dikenal ahli perkayuan.
Pada zaman Mataram, orang Kalang dikenal memiliki keahlian. Karena keterampilannya, mereka juga ditunjuk sebagai abdi dalem oleh raja untuk membuat perabotan keraton. Setelah Kerajaan Mataram berpindah ke Kerto sekitar tahun 1613, orang Kalang mulai mengembangkan usaha. Meski demikian, pihak keraton masih mengandalkan mereka untuk membuat berbagai macam barang-barang kebutuhan keraton.Tak hanya itu, orang Kalang juga mendapat monopoli perdagangan emas, berlian, candu, serta perdagangan kayu dari Pemerintah Kolonial Belanda. Pada masa itu, orang Kalang bahkan telah mendapat wewenang mendirikan pegadaian.
”Sejak awal abad ke-20 hingga masa kemerdekaan awal banyak orang Kalang yang memegang peran besar dalam bisnis. Mereka yang terlatih sejak zaman kerajaan beralih dari industri untuk mencukupi kebutuhan keraton menjadi industri mandiri. Sebagai pebisnis pribumi, jiwa wirausaha mereka sangat kuat,” kata ahli sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Profesor Djoko Suryo.Djoko mengatakan, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Kotagede mulai berkembang menjadi pusat ekonomi. Perekonomian Kotagede semakin berkembang pesat sesudah tahun 1920, yaitu ketika pengaruh Keraton Yogyakarta menyusut karena intervensi Pemerintah Kolonial Belanda.Sejarah membuktikan, Kotagede telah menjadi saksi berdirinya Kerajaan Mataram, perpindahan pusat politik Mataram, hingga berkembangnya kota ini sebagai pusat ekonomi di zaman Mataram Islam hingga periode kemerdekaan RI. Jejak kejayaan itu bisa dilihat dari bangunan-bangunan kuno yang masih tersisa.



4. Omah Dhuwur
http://jogjatogo.com/img/gerbang-od_resize.jpghttp://insfilo.com/sites/default/files/imagecache/portfolio_images/omahdhuwur_2.jpg
          Omah Dhuwur ini merupakan sebuah tempat legendaris yang merupakan milik Pak Tembong. Namun mulai tahun 1999, rumah ini dimiliki oleh Harto Soeharjo seorang pengusaha perak di Kota Gede/pemilik HS. Silver yang akhirnya pada tahun 2002 rumah ini di jadikan sebagai sebuah restoran dengan nama Omah Dhuwur. Namanya Omah Dhuwur karena letaknya memang di dataran yang tinggi. Slogan Omah Dhuwur yauitu “The Unique and Heritage Place to Dine Out”. Restoran Omah Dhuwur ini menawarkan berbagai masakan khas lokal yang di padukan antara kontinental dan oriental. Omah dhuwur buka setiap hari pulul 11.00 – 22.00 WIB, dengan fasilitas 100 tempat duduk dan lounge & bar serta melayani peket meeting, wedding, dan paket ulang tahun.
5. HS. Silverhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLTdp4kQRlnOL2_0CaexOnNyFHmy1Wf0uiFHoxCXB4XMfuuh34smT7RPUS2m01DSvaf-xGy4zFp8uWwusBl_aieklEahUAR8HEuqVAB5JvI_d3QqOHFMJmDelLZKN05JxCM0MKcylFlFzV/s1600/HS+Silver.jpg
HS SILVER berdiri pada tahun 1953 dengan tujuan melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang, karena Kotagede terkenal sebagai pusat kerajinan perak Yogyakarta. HS SILVER didirikan oleh Bapak dan Ibu Harto Suhardjo, yang semula bergerak dalam bidang perhiasaan imitasi dengan nama "Terang Bulan". Kemudian pada akhir tahun 1953 Terang Bulan mengembangkan usaha ke bidang kerajinan perak. Sesuai dengan tradisi yang ada di Kotagede, untuk nama perusahaan atau toko kerajinan perak biasanya menggunakan nama pemilik sebagai nama perusahaan, oleh karena itu nama Terang Bulan diganti dengan nama HS SILVER.
HS SILVER adalah kependekan dari nama pemilik "Harto Suhardjo", dan SILVER adalah jenis usaha kerajinan yang dikerjakan dan dihasilkan. Semenjak didirikan HS Silver sudah menjadi anggota Koperasi Produksi dan Pebgusaha Perak Yogyakarta (KP3Y).
Pada tahun 1965 HS SILVER membuka artshop di jl Mondorakan no 1 Kotagede sampai sekarang. untuk memperluas pemasarannya, di tahun 1975 HS Silver mendirikan cabang di Bali dengan tempat yang belum menetap. Kemudian di tahun 1980 HS Silver cabang Bali mendapat tempat usaha tetap di jl WR. Supratman no 42A. Tahun 1998 tempat usaha berpindah ke jl Batuyang no  2 BatuBulan Gianyar Bali sampai sekarang.
Pada tahun 1990 nama perusahaan dirubah menjadi HS Silver 800-925, artinya HS Silver adalah abreviasi seperti keterangan diatas, 800-925 melambangkan kadar perak yang dapat dikerjakan. 800 adalah kadar kerajinan perak terendah dan 925 adalah kadar kerajinan perak yang dapat dibentuk dalam hitungan prosentase.

6. Lapangan Karanghttp://pariwisata.jogjakota.go.id/app/modules/extra/images/1251478800_sate_karang.jpg
Lapangan Karang Kotagede adalah salah satu tujuan wisata kuliner yang dapat menjadi tujuan siapa saja yang memiliki kegemaran mencicipi makanan khas. Di Lapangan Karang ini terkenal dengan "Sate Karang". Pada sore hari, lapangan Karang ini sangat ramai karena banyak penjual menjajakan berbagai makanan di sini. Tapi, banyak orang lebih memilih "Sate Karang". Mengapa namanya adalah "Sate Karang?" Nama ini diberikan setelah nama desa yaitu Desa Karang. Sate ini manis, daging sapi panggang dengan 2 keunikan. Keunikan pertama adalah pilihan 3 saus, yaitu saus kacang, sambal kecap dan saus kocor. Saus kocor adalah sambal yang mirip sambal rujak yang manis (campuran buah). Keunikan kedua adalah minuman beras kencur (terbuat dari beras dan lebih besar galigale).
7. Jalan Kemasan
http://static.panoramio.com/photos/large/51087445.jpg
Disebut jalan kemasan karena dahulu banyak orang di sekitar sini yang bekerja sebagai pembuat kerajinan dari emas, tapi sekarang begitu banyak orang di sekitar sini bekerja sebagai pembuatan perak dan juga terdapat banyak penjual souvenir perak di sepanjang jalan kemasan. Area jalan kemasan yaitu dari kantor pos kota gede sampai gapura masuk menuju kota gede, sebelum perempatan jl. Gedongkuning selatan.
8. Gedong Kuning
Gedong Kuning adalah sebuah jalan kecil yang diapit bangunan klasik nan panjang . kedua belah pihak terlihat seperti menjadi pembuka eksotis bagi wisatawan setelah melewati gapura. Dahulunya Gedong Kuning ini terdapat bangunan yang berwarna kuning. Warna kuning ini  bukan dari cat, tetapi warna kuning dari labur. Gedong berarti rumah dan kuning berarti kuning. Gedong Kuning berarti yang terbaik selalu muliakan. Di jalan Gedong Kuning ini ada restoran Nyonya Suharti, menu terbaik dari restoran ini adalah Ayam Bakar dan ini sangat lezat.
http://yogyakarta.panduanwisata.com/files/2012/10/Gudeg-Bu-Tjitro.jpg9. Gudeg Bu Tjitro 1925
Penggemar gudeg Jogja tentu tidak asing dengan nama Bu Tjitro. Gudeg Bu Tjitro menjadi salah satu restoran dengan gudeg yang sudah kondang kelezatannya. Nasi putihnya begitu pulen, disajikan bersama gudeg kering, buntil daun pepaya yang sama sekali tidak terasa pahit, dan sambal goreng berisi krecek, tempe, dan kedelai. Ayam dan telur opor melengkapi paket yang disajikan di atas piring tanah liat beralas daun pisang ini.Kuah opor yang disiramkan ke atas gudegnya menghadirkan rasa gurih dan mantap yang luar biasa.Tak ketinggalan satu porsi sambal bajag pedas menambah istimewa rasa kuliner khas Jogja ini. Yang menarik, selain menyediakan gudeg kendil sebagai oleh-oleh yang tahan selama 48 jam, Restoran Bu Tjitro juga memproduksi gudeg kaleng yang bisa bertahan hingga 1 tahun!
Kualitas rasa yang mantap membuat restoran yang dirintis oleh Bu Tjitro sejak tahun 1925 ini terus berkembang. Seiring waktu berjalan, menu mulai dikembangkan tanpa meninggalkan gudeg yang telah menjadi ciri khas andalan. Cobalah Sup Kembang Tahunya yang lezat atau Ayam Herbal yang unik. Daging ayam kampung dimasak menjadi sup dengan kombinasi bumbu ginseng, kurma kering, jahe, kayu manis, dan rempah-rempah rahasia. Gurih kaldunya bercampur sempurna dengan rasa ginseng.Selain enak, makanan ini juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan termasuk menghilangkan lelah dan meningkatkan stamina.Bagi Anda yang sekedar ingin duduk santai sambil menikmati camilan, Calamari Hot Ring yang crispy atau berbagai pilihan es krim siap menjadi pilihan. Berbagai pilihan makanan yang tersedia dibanderol dengan harga antara Rp 9.000 - Rp 150.000, sementara pilihan minuman seperti teh poci, teh serai, teh rosela, aneka jus buah ataupun sayuran, hingga beras kencur bisa dinikmati dengan harga mulai Rp 4.000 - Rp 18.500.
Restoran Bu Tjitro 1925 memiliki lokasi yang cukup strategis, tepatnya di Jl. Janti 330 yang berada di seberang gedung Jogja Expo Center (JEC). Dari Bandara Internasional Adisucipto ataupun dari Kraton Yogyakarta, restoran ini bisa dicapai dengan 10 - 15 menit berkendara.Restoran ini menempati sebuah bangunan 2 lantai yang cozy dan classy.Bila ingin suasana yang lebih santai, Anda bisa memilih untuk duduk di area lesehan.VIP Room berkapasitas 17 orang atau Meeting Room yang bisa mengakomodasi hingga 50 orang di lantai 2 bisa Anda booking untuk acara gathering atau meeting. Ingin menyelenggarakan perhelatan dalam skala yang lebih besar?Jangan khawatir, secara keseluruhan Restoran Bu Tjitro 1925 memiliki kapasitas antara 200 - 300 orang.
Jam Buka                   : Senin - Minggu: 09.00 - 22.00 WIB
Harga:
  • Makanan         : Rp 9.000 - Rp 150.000
  • Minuman         : Rp 4.000 - Rp 18.500
  • Gudeg Kaleng : Rp 25.000
10. Jogja Expo Center (JEC)
http://gudeg.net/images/upload/20110516_JEC.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKOoUiaZulI2Gxhj1NnbIxH_tNny5M_F7YIAMgqIBuEzSWXOeciYMfoNF3EcIrdSRROMyMRiuUyj6E907nvlAA8rW0isQlOQSc6a4WmbKZUqTNHakiJZBNscvYsj7nj3dPVH9oST-ECa_R/s1600/Jogja+Expo+Center+(JEC)+1.jpg
Jogja Expo Center (JEC), merupakan salah satu bangunan hektar terpadu yang dibangun oleh pemerintah Yogyakarta, dilengkapi dengan infra struktur modern untuk memfasilitasi kegiatan MICE dalam satu atap. Luas total JEC meliputi 14 Ha mencakup beberapa bangunan untuk mendukung kegiatan MICE Hotel tersebut, Shopping Mall, Restoran Internasional dan gudang untuk mendukung misi JEC sebagai pusat perdagangan internasional dan layanan bisnis berikutnya.
Kompleks JEC ini dekat dengan bandara (15 menit) dan dapat dicapai dengan mudah dari semua wilayah kota. Sejak pembukaan resmi oleh Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri, tempat tersebut telah digunakan untuk acara nasional dan internasional.
Berdasarkan data statistik, peristiwa-peristiwa produktif memperoleh pengunjung harian 5000 hingga 10000 orang. Para pengunjung tidak hanya dari Jogja tetapi juga dari provinsi lain di Indonesia dan bahkan dari luar negeri.
JEC juga merupakan salah satu tempat yang di kenal di Jogja, sama halnya dengan JCC di Jakarta, penggemar bisa belanja Gadget, Kita bisa menemuinya sesuai dengan Jadwal yang telah di susun oleh Pihak Apkom, kita bisa menemui Produk - Produk Elektornik kamera laptop maupun PC. pada saat itu juga kita bisa menemui Stand/ Kedai maka. Jogja Expo Center disiapkan dengan area parkir yang luas termasuk landasan helikopter dan 40 kaki-kontainer ruang untuk total dua puluh truk,  dan taman hijau di depan bangunan, memiliki arsitektur unik juga. akses mudah. dekat dengan halte dan di lalui bus angkutan umum.
11. RS. Hardjolukito
http://www.lanud-adisutjipto.mil.id/wp-content/uploads/2010/10/IMGharjo.jpg
Sejarah Rumah sakit TNI AU berawal dari dibentuknya TPS (Tempat Pengobatan Sementara)  pada tahun 1945 dan setelah beberapa lama beroperasi fasilitasnya makin berkembang dan kemudian atas izin Departemen Kesehatan RI pada tanggal 9 April 1990 TPS secara resmi diubah menjadi  Rumah Sakit TNI Angkatan Udara “Dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta” yang bertepatan dengan hari ulang tahun TNI Angkatan udara. Penandatangan prasasti dan pemberian nama Rumah Sakit TNI Angkatan Udara oleh kepala staf TNI Angktan Udara pada waktu itu dijabat oleh Marsekal Madya Siboen, dan rumah sakit tersebut tergolong dalam rumah sakit kelas IV/tipe D. 
Pada tanggal 9 April 1990 secara resmi Rumah Sakit Lanud Adisujtipto menjadi Rumah Sakit “TNI AU Dr.Suhardi Hardjolukito Yogyakarta “. Kemudian pada tahun 2004 tepatnya tanggal 1 Maret 2004 status Rumah Sakit TNI AU Dr.Suhardi Hardjolukito telah dinaikkan menjadi Rumah Sakit Tingkat III dengan Skep KASAU nomor : Kep/5/III/2004 tanggal 1 Maret 2004.
            Akibat gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 bangunan lama Rumah Sakit TNI AU Lanud Adisutjipto mengalami rusak berat. Oleh karena itu mulai tanggal 29 Mei 2006 secara bertahap kegiatan pelayanan kesehatan  Rumah Sakit TNI AU Dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta dipindahkan ke bangunan Rumah Sakit baru yang berlokasi di Jalan Raya Janti, Yogyakarta.
Rumah Sakit TNI AU Dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta diresmikan penggunaannya pada tanggal 2 Agustus 2007 oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Herman Prayitno, dengan fasilitas antara lain : UGD, Poliklinik, Apotek, Laboratorium, Rontgen, Kamar Operasi, Kamar Bersalin, Ruang Perawatan, Kamar Jenazah dan Pengolah Limbah Padat maupun Cair.
12. Museum Dirgantara Mandala
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCOkhVfVqR86f_UtMWSJcX0ZiCpNBr2XaOxs9yumaaq0fnUWKyTRUlaidPG738NPNAuHxeSLJR8rtmFOAFEeKsdKYFPIVxwtjQKPmzo-ewUV5yy7Fa01Abse16iWv2crneN_DnZtZAZgPW/s1600/Museum++Dirgantara+Mandala+2.jpg http://yogyakarta.panduanwisata.com/files/2012/05/museum-dirgantara-depan.jpg
Museum Pusat TNI AU atau "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas oleh TNI AU untuk mengabadikan peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU, bermarkas di kompleks pangkalan udara Adi Sutjipto Yogyakarta, museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 1978.
Ø  Koleksi Umum
Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:
·         Pesawat PBY-5A (Catalina).
·         Replika pesawat WEL-I RI-X.
·         Pesawat A6M5 Zero Zen buatan Jepang.
·         Pesawat pembom B 25 Mitchell, B 26 Invader.
·         Helikopter 360 buatan AS.
13. Janti Fly Over
http://farm5.static.flickr.com/4102/4826364840_cedeb2f1be_b.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjia4t-dNoe9fkXzQ4wMt_jvwbND7YzflSS-MLhjpodWW0BfC6q9RuUgvNLwtwwzRQhJw5RrM7FJTaAmJALvL_YSZWlz718tH0GTxgeL3Xb3yJwl89EjFW9JIserEFrfQDSf4RK5MKlQpjV/s1600/4601160854_5958777597_z.jpg
Janti fly over (Jembatan layang Janti) dibangun pada tahun 1998 dengan panjang ± 1.250 Meter dengan membutuhkan biaya sebesar hampir Rp. 23 Milyar, yang berasal dari sumber dana APBN + OECF IP-466. Janti fly over merupakan jembatan layang pertama yang dibangun di Yogyakarta. Dimaksudkan untuk dapat mengatasi dan mengantisipasi kemacetan lalu lintas terutama persilangan sebidang dengan jalur kereta api Jakarta-Surabaya serta pada pertigaan Janti. Yogyakarta memiliki 3 fly over, yang pertama Janti Fly over, kedua Lempuyangan Fly Over, ketiga Kali Abu Fly Over.


14. Jalan Laksda Adisucipto
Jalan ini dinamakan Jalan Laksda Adisucipto karna untuk mengenang jasa-jasa Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta. Beliau lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 3 Juli 1916 - meninggal di Bantul, Yogyakarta, 29 Juli 1947 pada umur 31 tahun. Pada tanggal 15 November 1945, Adisutjipto mendirikan Sekolah Penerbangan di Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo, yang kemudiang diganti nama menjadi Bandara Adisucipto, untuk mengenang jasa beliau sebagai pahlawan nasional.
15. Hotel Royal Ambarrukmo
http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/02/e1/fc/71/hotel-front.jpg http://jogjabiz.com/wp-content/uploads/2012/02/Royal-Hotel-Facilities-01-view.jpg
Hotel ini terletak di  pusat kota, dalam jarak berjalan dari distrik bersejarah dan budaya dengan pusat perbelanjaan terbesar di Yogyakarta yaitu Plaza Ambarukmo. Jika kita dari Bandara Internasional Adisucipto menuju hotel ini memakan waktu ± 10 menit.
Ø  Sejarah :
Royal Ambarrukmo Hotel adalah salah satu tanda tanah yang benar-benar bersejarah di Yogyakarta, dan kunjungan di sini menjanjikan untuk menjadi pengalaman unik.
Dengan akarnya peregangan kembali ke abad ke-19, hotel ini merupakan bagian integral dari dipulihkan Ambarrukmo Royal Palace Residence.
Sejarah Royal Palace Residence
Dibangun antara 1857 dan 1859 oleh Raja Hamengkubuwono VI dan dinamakan sebagai Pesanggrahan Arjapurna. Itu berfungsi sebagai tempat pertemuan dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, serta resor untuk keluarga kerajaan.
Pada 1895-1897, istana ini direnovasi oleh Raja Hamengkubuwono VII dan difungsikan sebagai tempat pertemuan dengan Raja-raja dari istana Surakarta. Kemudian istana menjadi rumah keluarga untuk Raja Hamengkubuwono VII. Hari ini, istana terdaftar sebagai Situs Warisan Nasional, yang akan segera direvitalisasi sebagai museum yang menampilkan koleksi seni yang luas.
Sejarah Hotel 
Hotel itu sendiri dibangun pada 1960, setelah Indonesia menerima dana pampasan perang dari pemerintah Jepang. Atas inisiatif pertama Presiden Soekarno dan Raja Hamengkubuwono IX, hotel dibuka pada tahun 1966 dan menjadi hotel mewah pertama di wilayah selama periode itu.
Ambarrukmo sekarang
Terletak di kompleks yang sama, pertama pusat perbelanjaan high-end dibuka pada tahun 2006, dan menjadi pusat perbelanjaan terbesar di kawasan.
Hotel Royal Ambarrukmo telah mencapai status ikonik tidak hanya untuk hotel mewah perintis dan menjadi rumah bagi banyak pengalaman pertama, tetapi juga untuk menjadi simbol budaya urban di Yogyakarta.
Ø  Fasilitas Hotel:
Royal Ambarrukmo Yogyakarta memiliki kolam renang dan pusat kebugaran. Akses internet nirkabel gratis tersedia di tempat umum.
Hotel di Yogyakarta ini memiliki restoran dan bar/lounge. Tamu akan mendapat sajian sarapan gratis. Staf dapat menyiapkan bantuan tur/tiket, layanan pernikahan, dan layanan limo/towncar. Tamu dapat menikmati transportasi gratis yang mencakup antar-jemput ke bandara dan antar-jemput ke pusat perbelanjaan.
Ø  Kamar tamu:
247 kamar tamu di Royal Ambarrukmo Yogyakarta dilengkapi brankas (dapat memuat laptop) dan minibar. Tamu dapat menggunakan akses internet nirkabel kecepatan tinggi secara cuma-cuma di kamar. Kamar dilengkapi televisi layar datar dengan saluran TV kabel. Kamar mandi menyediakan sandal dan perlengkapan mandi gratis. Tersedia pemanas air untuk membuat kopi/teh dan air minum kemasan gratis di kamar.

16. Gandok
http://elantowow.files.wordpress.com/2008/01/102_9713.jpgDahulu tempat ini adalah pesanggrahan Ambarukmo Sri Sultan Hamengkubuwono VII, lahan dimana dulunya adalah kebun yang berisi kebun buah dan kandang kuda serta terdapat beberapa kolam kecil yang sering di ziarahi oleh orang, tersembunyi diantara reribuan pohon. Gandok kiwo dan Gandok tengen dibangun pada tahun 1823 – 1855 pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono V yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pendukung bagian utama, khususnya tempat tamu menanti kedatangan Sultan. Gandok tengen biasanya digunakan untuk tamu kedudukan tinggi dan Gandok kiwo untuk tamu yang derajatnya rendah. Gandok ini berbentuk bangunan rumah joglo atau tradisional Jogja.
17. Ambarukmo Plaza (Amplaz)
http://yogyakarta.panduanwisata.com/files/2012/07/Ambarukma-plaza.jpg http://wisata-yogyakarta.com/wp-content/uploads/2013/05/ambarukmo-plaza.jpg
Ambarukmo plaza atau sering disebut “Amplaz” adalah mall paling besar dan lengkap di Yogyakarta, bahkan di Jawa Tengah. Plaza yang memiliki konsep desain arsitektur klasik nan indah ini terletak di Jalan Laksda Adisucipto yang merupakan jalan arteri yang menghubungkan Jogja – Solo. Lahannya persis di samping Hotel Royal Ambarukmo.
Ambarrukmo Plaza dengan 4 lantainya ini disewa oleh beberapa swalayan, toko, dan perusahaan entertainment besar seperti Swalayan Carrefour, Centro Department Store, Timezone, bioskop Cineplex 21, Toko Buku Gramedia, Caesar Lounge & Café, Food Court, Starbucks, Breadtalk, Taman Sari . Selain itu Plaza Ambarukmo ditempati oleh berbagai gerai usaha yang dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga mulai dari kebutuhan belanja rumah tangga, pakaian, hiburan, buku, salon, perawatan tubuh dan kuliner makanan. Di lantai dasar mall ini juga terdapat Pusat toko HP Jogja yang ramai.
Ambarukmo Plaza yang buka jam 9 pagi hingga jam 10 malam ini memiliki area parkir yang sangat luas dan dapat menampung sebanyak 1400 mobil dan 1500 sepeda motor. Sistem keamanan di Ambarukmo Plaza adalah 24 jam dengan fasilitas kamera CCTV yang dipasang di setiap titik strategis. Untuk mendukung kegiatan operasional Plaza Ambarrukmo mempunyai fasilitas umum modern sebagai dua unit lift penumpang, dua unit lift barang, 20 unit eskalator, empat unit travelator, dua unit ruang merokok, sebuah unit dari kamar bayi, mushola, pemuatan dermaga dan toilet kelas hotel yang terletak di setiap lantai. Bagi pengunjung yang istirahat, Plaza Ambarukmo memiliki taman yang bagi para tamu, Manajemen Mall Mewah ini menyediakan Customer Service yang selalu siap untuk melayani pengunjung dan penyewa. Dengan begitu, para investor berharap, Ambarukmo Plaza menjadi pusat ritel terbaik dan paling komprehensif di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
18. Sungai Gajah Wong
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI88RJDmGB22fRbZRGA27x6r0isb1Nv6UyVS3ch1BJ6L71lGQTFKhQ-nwKcSZ8zuP0TjNOz8pxbFb8ZB4l5luBhvfZXzIwG78X2PvtXLJrVpLcdcElikdMCAidtjduopuxcZwqdwwgl3M/s1600/kali-gajah-wong.jpg http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/11/13530224441356009160.jpg
Disebelah timur kota Yogyakarta terdapat sebuah sungai yang membujur dari utara keselatan, bernama sungai (kali) Gajah wong. Sungai ini bakalan dilintasi oleh orang-orang yang bepergian melalui jalan solo (dekat IAIN), jalan kusumanegara (dekat Kebun Binatang Gembira loka) atau jalan ngeksigondo yang menuju Kotagede. Sebagai tempat yang kaya akan adat dan tradisi, Yogyakarta punya berbagai kisah dan legenda. Termasuk keberadaan sungai Gajah Wong ini, berikut ini Legenda sungai Gajah wong yang Jogjaicon repost dari tulisan karya Henry Artiawan yudistira di Blog Cerita Rakyat Indonesia. Selamat menikmati.
Dalam kisah disebutkan, Kerajaan Mataram pernah berpusat di Kotagede, kurang lebih 7 kilometer  arah tenggara kota Yogyakarta. Pada waktu itu Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo yang mempunyai beribu-ribu prajurit, termasuk pasukan berkuda dan pasukan gajah (Sultan Agung adalah raja Mataram yang menyerang kedudukan VOC Belanda di Batavia.Jogjaicon). Kanjeng sultan juga mempunyai abdi dalem-abdi dalem yang setia. Di antara abdi dalem itu terdapat seorang srati, bernama Ki Sapa Wira.
            Setiap pagi, gajah Sultan yang bernama Kyai Dwipangga itu selalu dimandikan oleh Ki Sapa Wira di sungai di dekat Kraton Mataram. Oleh karena itu, gajah dari Negeri Siam itu selalu menurut dan terbiasa dengan perlakuan lembut Ki Sapa Wira. Pada suatu hari, Ki Sapa Wira sakit bisul di ketiaknya sehingga ia tidak bisa bergerak bebas, apalagi harus bekerja memandikan gajah. Oleh karena itu, Ki Sapa Wira menyuruh adik iparnya yang bernama Ki Kerti Pejok untuk menggantikan pekerjaannya. Sebenarnya, nama asli Ki Kerti Pejok adalah Kertiyuda. Namun karena terkena penyakit polio sejak lahir sehingga kalau berjalan meliuk-liuk pincang atau pejok menurut istilah Jawa, maka ia pun dipanggil Kerti Pejok.
            "Tolong gantikan aku memandikan Kyai Dwipangga, Kerti,” kata Ki Sapa Wira.
“Baik, Kang,” jawab Ki Kerti. “Tapi bagaimana jika nanti Kyai Dwipangga tidak mau berendam, Kang?” sambungnya.
“Biasanya aku tepuk kaki belakangnya, lalu aku tarik buntutnya,” jawab Ki Sapa Wira.
Pagi itu Ki Kerti sudah berangkat menuju sungai bersama Ki Dwipangga. Badan gajah itu dua kali lipat badan kerbau, belalainya panjang, dan gadingnya berwarna putih mengkilat. Ki Kerti Pejok membawakan dua buah kelapa muda untuk makanan Ki Dwipangga agar gajah itu patuh kepadanya.
“Nih, ambillah untuk sarapan,” celetuk Ki Kerti sambil melemparkan sebuah kelapa muda ke arah Ki Dwipangga.
“Prak” kelapa itu ditangkap oleh Ki Dwipang¬ga dengan belalainya lalu dibanting pada batu besar di pinggir jalan. Dua buah kelapa sudah terbelah, dan Ki Dwipangga memakannya dengan lahap. Belum habis kelapa yang kedua, Ki Kerti sudah menyuruh Ki Dwipangga untuk berdiri dan berjalan lagi. Dipukulnya pantat gajah itu dengan cemeti yang dibawanya.
Setibanya di sungai, Ki Kerti menyuruh Ki Dwipangga untuk berendam. Sesaat kemudian, Ki Kerti segera memandikan gajah itu. Ia menggosok-gosok tubuh gajah tersebut dengan daun kelapa supaya lumpur-lumpur yang melekat cepat hilang. Setelah bersih, gajah itu segera dibawa pulang oleh Ki Kerti menuju kandangnya.
“Kang, gajahnya sudah saya mandikan sampai bersih,” lapor Ki Kerti kepada Ki Sapa Wira.
“Ya, terima kasih. Aku harap besok pagi kamu pergi memandikan Ki Dwipangga lagi. Setiap hari gajah itu harus dimandikan, apalagi pada saat musim kawin begini,” jawab Ki Sapa Wira sambil menghisap cerutunya.
Keesokan harinya, pagi-pagi Ki Kerti mendatangi rumah Ki Sapa Wira untuk menjemput Ki Dwipangga. Pagi itu langit kelihatan mendung, namun tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Segera Ki Kerti Pejok membawa Ki Dwipangga menuju sungai. Kali ini Ki Kerti Pejok agak kecewa karena sungai tempat memandikan gajah tersebut kelihatan dangkal. ‘Mana mungkin dapat memandikan gajah jika untuk berendam pun tidak bisa,’ pikir Ki Kerti Pejok. Kemudian ia membawa Ki Dwipangga ke arah hilir untuk mencari genangan sungai yang dalam.
“Ah, di sini kelihatannya lebih dalam. Aku akan memandikan Ki Dwipangga di sini saja. Dasar, Kanjeng Sultan orang yang aneh. Sungai sekecil ini kok digunakan untuk memandikan gajah,” gerutu Ki Kerti Pejok sambil terus menggosok punggung Ki Dwipangga.
Belum habis Ki Kerti Pejok menggerutu, tiba-tiba banjir bandang datang dari arah hulu.
“Hap … Hap … Tulung … Tuluuung …,” teriak Ki Kerti Pejok sambil melambai-lambaikan tangannya.
Ia hanyut dan tenggelam bersama Ki Dwipangga hingga ke Laut Selatan. Keduanya pun meninggal karena tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya.
Untuk mengingat peristiwa tersebut, Sultan Agung menamakan sungai itu Kali Gajah Wong, karena kali itu telah menghanyutkan gajah dan wong. Sungai itu terletak di sebelah timur kota Yogyakarta. Konon, tempat Ki Kerti memandikan gajah itu saat ini bersebelahan dengan kebun binatang Gembiraloka.

19. Museum Affandi
http://www.iftfishing.com/city/wp-content/uploads/2012/05/museum-affandi-539x300.jpg http://universes-in-universe.org/var/storage/images/media/images/nafas/2012/affandi/06/1583164-1-eng-GB/06.jpg
Museum tersebut berisi seluruh karya-karya sang maestro Affandi semasa hidupnya, karya-karya para pelukis lain, alat transportasi yang dipakainya dahulu, rumah yang ditinggalinya sampai sebuah sanggar yang saat ini dipakai untuk membina bakat melukis anak. Kompleks museum terbagi menjadi empat buah galeri dengan isi dan penataan yang memiliki ciri khas dan karakteristik yang berbeda.

Ø  Galeri I
Pada galeri tersebut pengunjung dapat membeli tiket dan menjumpai pusat informasi. Mulai dari awal hingga akhir karirnya tergambarkan pada karya-karya yang dipamerkan pada galeri tersebut. Pada galeri ini juga terdapat beberapa benda yang berhubungan dengan perjalanan hidup Affandi seperti sepeda ontel, mobil sedan kuno, sandal jepit, kuas, ember, kain, sarung bermotif kotak-kotak, kliping berita koran, dan foto-foto kenangan Affandi, bahkan pipa cangklong kesayangannya. Selain itu, beberapa piagam penghargaan yang pernah diterima Affandi semasa hidupnya dan koleksi perangko PT. POS Indonesia seri gambar Affandi tahun 1997 juga turut dipamerkan.
Ø  Galeri II
Galeri ini sebenarnya dikhususkan untuk memamerkan lukisan-lukisan karya Kartika Affandi. Namun, dalam perkembangannya, galeri ini pun digunakan sebagai ruang pamer koleksi lukisan museum dari beberapa pelukis kondang, seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, S. Sujoyono, Barli, Wahdi S, Bagong Kusudiarjo, Mochtar Apin, dan pelukis lainnya. Galeri ini mempunyai 2 lantai. Lantai pertama berisi lukisan-lukisan bersifat abstrak, sedangkan lantai kedua didominasi lukisan bercorak realis.
Ø  Galeri III
Lantai pertama Galeri III ini dipergunakan sebagai ruang pamer karya lukis keluarganya, seperti lukisan-lukisan terbaru karya Kartika Affandi, putri Affandi. Dipamerkan pula lukisan Rukmini Yusuf dan Juki Affandi, dan lukisan sulaman dari kain wol karya Maryati, istri Affandi. Lantai kedua galeri ini digunakan sebagai ruang perawatan lukisan, sedangkan di lantai dasar difungsikan untuk ruang penyimpanan koleksi.
Ø  Galeri IV
Galeri IV ini adalah ruang pamer berbagai lukisan karya Didit, cucu Affandi. Galeri ini terlihat menarik dengan langit-langitnya yang terbuat dari anyaman bambu.
Waktu kunjung Senin - Sabtu pukul 09.00 - 16.00 WIB (bulan puasa hanya sampai jam 15.00 ), Hari Minggu dan hari libur Nasional lainnya Museum Affandi hanya buka dengan permintaan khusus. Tiket masuk Wisatawan Asing Rp 50.000 (Free Softdrink dan Souvenir) dan Domestik Rp 20.000,-  (free softdrink). Akses menuju ke Museum ini sangat mudah karena dapat diakses menggunakan kendaraan pribadi maupun beberapa alternatif kendaraan umum seperti Trans-Jogja. Dari terminal Giwangan menggunakan bus kota jalur 7 atau 10
20. Rumah Sakit Bethesdahttp://alamatjogja.com/userfiles/uploads/171-rs.-bethesda.jpg
Rumah Sakit Bethesda adalah rumah sakit tertua di Yogyakarta yang merupakan rumah sakit peninggalan Belanda. Beberapa waktu lalu nama rumah sakit ini bernama Petrolinia. Rumah Sakit Bethesda telah melewati berbagai zaman yang selalu berubah. Dengan Predikat sebagai Rumah Sakit “Toeloeng” dengan Motto : TOLONG DULU URUSAN BELAKANG telah memperoleh pengakuan penghargaan dari masyarakat atas  segala pelayanan selama ini. Rumah Sakit Bethesda dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dilandasi dengan kasih, tidak membedakan suku, agama, budaya, golongan, serta derajat ekonomi.Untuk menjaga agar Rumah Sakit Bethesda tetap eksis pelayanannya ditengah-tengan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, seluruh civitas hospitalia harus berusaha keras untuk mengembangkan pelayanan rumah sakit.  
Hal-hal yang tercatat dan merupakan bagian terpenting dari keberadaan Rumah Sakit Bethesda sejak tahun 1899 sampai saat ini antara lain sebagai rumah sakit pertama yang mempelopori pelayanan kesehatan bagi masyarakat, pencetus dan pengembang pendidikan keperawatan, pendiri 22 satelit pelayanan di beberapa wilayah di DIY, pelaksanaan pelayanan auto clinic bagi masyarakat pedesaan, pemimpin dalam pelayanan kegawatdaruratan, pencetus dan pengembang pelayanan stroke, pendukung dalam mengelola lingkungan hidup yang sehat, menjadi rumah sakit pendahulu di wilayah DIY dalam pelaksanaan akreditasi RS dan pelayanan rumah sakit yang bermutu dengan memperoleh ISO 9001: 2000. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, Rumah Sakit Bethesda telah melakukan perbaikan secara terus-menerusdankepuasan customer menjadi tujuan dari pelayanan civitas hospitalia Rumah Sakit Bethesda kepada masyarakat.


21. Galleria Mall
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqNEEsybrDRSpU0bCrHdv9s_qgmEntiy8qCcGbWPEAxxE_3qU5H07L0VBntdEdtOWQjM4FDIIfDIPUhIeGeT6PS4FqjQVaeim94UzlH1d8UmdjZgiBXobWQl2O5kAN8OGNu0KNa4dZu9Qz/s1600/Jogja-Info.org_Galleria_Mall_Yogyakarta.jpg.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_KMS2xWejf_IH-JpwHAdHs7pjUKDzIDuI5a4RwnpM02wJLf_RMgeh-D9jwsYuJxsFNpKfKSqWCo5KAzk92HG9VJhA-2fKCQyzo0kqhcMFzTkgwrkgHdhqJrVJyx6H7rdVEkbfmG34ZIg/s1600/2011.8.7+Galeria+Mall%252C+Yogyakarta%252C+Indonesia.JPG
Galeria Mall adalah sebuah mall yang terletak di kawasan utara Kota Yogyakarta dan merupakan mall pertama sebelum Mall Malioboro di Yogyakarta.  Tepatnya berada di Jl. Jend Sudirman 99-101 Yogyakarta. Beberapa tempat di pusat perbelanjaan ini adalah: KFC, Es Teler 77, Wendys, Stroberi, Yoppie Salon, Guardian, M Photo Studio. Di atrium mall ini sering diadakan pameran dengan berbagai tema maupun acara-acara yang diadakan stasiun televisi nasional. Mall ini tercatat sebagai mall ketiga yang berdiri di kota Gudeg, Yogyakarta. Di Galeria Mall juga terdapat Tempat Rekreasi untuk keluarga berupa Game Centre.           
http://photos.wikimapia.org/p/00/00/46/30/21_big.jpg22. Toko Buku Gramedia
Toko buku Gramedia yang terletak di Jalan Jend. Sudirman Yogyakarta adalah salah satu toko buku terbesar di Yogyakarta. Koleksi bukunya relatif lengkap dan baru. Gramedia menjadi sasaran untuk mencari buku-buku yang memang mayoritas terbitan dari gramedia. Meskipun demikian, Gramedia tidak hanya menjual buku namun juga menyediakan alat alat keperluan pendidikan dan olah raga lainnya. 
            Di lantai satu tersedia banyak barang yang ditawarkan berupa kamera, kalkulator, alat olahraga, dan lain-lain. Kemudian pada lantai paling atas terdapat lokasi yang cukup luas untuk pelanggan memilih buku yang akan di beli. Namun jangan sampai anda hanya membaca tanpa membeli karena Gramedia memiliki sistem pengamanan dan security yang ketat. Sebagai informasi, selain di Jalan Jend. Suderman, Yogyakarta, Gramedia juga terdapat di lokasi lain seperti di Ambarukmo Plaza.
23. Patung Ki Hajar Dewantara
Di samping timur toko buku Gramedia yang terletak di Jalan Jend. Sudirman Yogyakarta, terdapat patung Ki Hajar Dewantara, Beliau terkenal sebagai “Bapak Pendidikan” dan “Pendiri Taman Siswa”. Beliau memiliki 3 ajaran, yaitu:
Ø  Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.
Ø  Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.
Ø   Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang – orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani berarti figur seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang – orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat.

24. Tugu Jogja
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/de/Tugu_Yogyakarta.JPG/300px-Tugu_Yogyakarta.JPGTugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol/lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.
Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Yogyakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jl Mangkubumi, tugu ini, dan Jalan Monument Yogya Kembali akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung Merapi.
Tugu Yogyakarta atau yang lebih dikenal sebagai Tugu Malioboro ini mempunyai nama lain Tugu Golong Gilig atau Tugu Pal Putih merupakan penanda batas utara kota tua Yogya. Tugu Yogyabukanlah tugu sembarang, tapi tugu Yogya ini adalah tugu yang memiliki mitos yang sangat bersejarah dan sejuta misteri di dalamnya, sehingga menjadi salah satu keistimewaan yang dimiliki kota Yogya.
Tugu Yogya dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, pendiri kraton Yogyakarta yang mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan Laut Selatan, Kraton Yogya dan Gunung Merapi.
Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan.Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), hingga akhirnya dinamakan Tugu Golong-Gilig.Keberadaan Tugu ini juga sebagai patokan arah ketika Sri Sultan Hamengku Buwono I pada waktu itu melakukan meditasi, yang menghadap puncak gunung Merapi. Bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas, sementara bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar, sedangkan bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu golong gilig ini pada awalnya mencapai 25 meter
Kondisi Tugu Yogya ini berubah total pada 10 Juni 1867, di mana saat itu terjadi bencana alam gempa bumi besar yang mengguncang Yogyakarta, yang membuat bangunan tugu runtuh. Runtuhnya tugu karena gempa inilah yang membuat keadaan dalam kondisi transisi karena makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.
Pada tahun 1889, keadaan Tugu benar-benar berubah, saat pemerintah Belanda merenovasi seluruh bangunan tugu. Kala itu Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing.
Ketinggian bangunan pun menjadi lebih rendah, yakni hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itulah, tugu ini disebut sebagai De White Paal atau Tugu Pal Putih. Perombakan bangunan Tugu saat itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja, namun melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, akhirnya upaya tersebut tidak berhasil.
25. Jalan Pangeran Mangkubumi
Pangeran Mangkubumi nama aslinya adalah Raden Mas Sujana yang setelah dewasa bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia merupakan putra Amangkurat IV raja Kasunanan Kartasura yang lahir dari selir bernama Mas Ayu Tejawati pada tanggal 6 Agustus 1717.
Pada tahun 1740 terjadi pemberontakan orang-orang Cina di Batavia yang menyebar sampai ke seluruh Jawa. Pada mulanya, Pakubuwana II (kakak Mangkubumi) mendukung pemberontakan tersebut. Namun, ketika menyaksikan pihak VOC unggul, Pakubuwana II pun berubah pikiran.
Pada tahun 1742 istana Kartasura diserbu kaum pemberontak . Pakubuwana II terpaksa membangun istana baru di Surakarta, sedangkan pemberontakan tersebut akhirnya dapat ditumpas oleh VOC dan Cakraningrat IV dari Madura.
Sisa-sisa pemberontak yang dipimpin oleh Raden Mas Said (keponakan Pakubuwana II dan Mangkubumi) berhasil merebut tanah Sukowati. Pakubuwana II mengumumkan sayembara berhadiah tanah seluas 3.000 cacah untuk siapa saja yang berhasil merebut kembali Sukowati. Mangkubumi dengan berhasil mengusir Mas Said pada tahun 1746, namun ia dihalang-halangi Patih Pringgalaya yang menghasut raja supaya membatalkan perjanjian sayembara.
Datang pula Baron van Imhoff gubernur jenderal VOC yang makin memperkeruh suasana. Ia mendesak Pakubuwana II supaya menyewakan daerah pesisir kepada VOC seharga 20.000 real untuk melunasi hutang keraton terhadap Belanda. Hal ini ditentang Mangkubumi. Akibatnya, terjadilah pertengkaran di mana Baron van Imhoff menghina Mangkubumi di depan umum.
Mangkubumi yang sakit hati meninggalkan Surakarta pada bulan Mei 1746 dan menggabungkan diri dengan Mas Said sebagai pemberontak.Sebagai ikatan gabungan Mangkubumi mengawinkan Mas Said dengan puterinya yaitu Rara Inten atau Gusti Ratu Bendoro.

http://photos.wikimapia.org/p/00/00/46/30/29_big.jpg26. Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan Rakyat (KR), didirikan H. Samawi dan H Soemadi Martono Wonohito, adalah surat kabar harian yang terbit di Yogyakarta. KR terbit sejak 27 September 1945. Surat kabar KR terbit tiap harinya dengan jumlah halaman yang awalnya hanya 16 halaman, namun ditambah menjadi 24 halaman, dan oplah lebih dari 125.000 kopi. Semboyan KR adalah Suara Hati Nurani Rakyat.KR merupakan koran ke 2 setelah koran dengan Bahasa Jawa yang bernama “Sedya Tama” yang terbit 2 minggu sekali. Saat koran Sedya tama dibredeli oleh tentara Jepang, kemudian tentara Jepang mendirikan percetakan dan menerbitkan koran Sinar Matahari. Didorong keinginan menerbitkan koran sendiri oleh pemerintah Indonesia, maka koran Sinar Matahari yang berkaryawan orang Indonesia. Atas gagasan H. Samawi dan H Madikin Wonohito, maka berdirilah percetakan dan harian Kedaulatan Rakyat ini. Nama harian “Kedaulatan Rakyat” diambil dari UUD 1945 alinea 4.
Di bawah naungan PT. BP. Kedaulatan Rakyat Group, Kedaulatan Rakyat memiliki berbagai media, di antaranya media cetak dan media daring sebagai sarana informasi berita. Kedaulatan Rakyat memiliki berbagai konten berita yang terdiri dari Yogyakarta, Jawa Tengah , Nasional, Internasional, Ekbis, Pendidikan, Sport, Lifestyle, wisata , Teknologi dan konten konsultasi penanggalan. Berita yang diberitakan oleh Kedaulatan Rakyat bersifat up to date selama 24 jam sehingga pembaca dapat mengakses berita kapan saja.
Kedaulatan Rakyat merupakan industri media yang telah dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat di Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kedaulatan Rakyat sudah ada sejak lama seiring dengan perkembangan Kota Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta sudah cukup familiar dengan keberadaan KR dalam kehidupan sehari-hari.
27. Kedaung Plaza
Kedaung adalah kembar membangun cerita sejarah. Ada 3 bangunan, 2 bangunan yang terletak di depan Stasiun Tugu dan satu lagi di dekat Pasar Beringharjohttp://i248.photobucket.com/albums/gg174/toepay79/Architecture/KedaungPlaza.jpg





28. Stasiun Tuguhttp://www.purbakalayogya.com/artikel/Picture2.jpg
Stasiun Tugu mulai melayani kebutuhan transportasi sejak 2 Mei 1887, sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Awalnya, stasiun ini hanya digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun sejak 1 Febnruari 1905, stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang. Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan yogyakarta dan Surakarta.
Berawal dari sebuah stasiun kecil, stasiun Tugu kini telah menjadi salah satu stasiun terbesar di Indonesia. Memiliki 6 jalur kereta, stasiun ini melayani transportasi dari hampir seluruh kota besar di Jawa. Lebih dari 20 keberangkatan dan kedatangan kereta berlangsung setiap hari, baik kereta ekonomi, bisnis maupun eksekutif. Ada berbagai tawaran kereta dan waktu keberangkatan untuk menuju daerah tertentu sehingga anda memiliki banyak pilihan.
Karena dibangun pada masa kolonial Belanda, maka arsitektur bangunannya pun sangat kental dengan nuansa Eropa. Begitu turun dari kereta, anda akan langsung mengenalinya dari pintu-pintu besar berwarna coklat serta langit-langit yang tinggi dimantapkan dengan warna dinding yang putih. Anda juga bisa menikmati pesona bangunan stasiun yang hingga sekarang masih dipertahankan keasliannya dari depan. Bangunan tampak megah dengan pintu besar dan dua atap yang memayungi jalur kereta.
Stasiun Tugu merupakan salah satu stasiun besar yang masih mempertahankan fungsinya sebagai tempat perawatan kereta, berbeda dengan stasiun besar umumnya yang kini hanya sebagai tempat transit. Karenanya, anda bisa berkelana ke sudut-sudut stasiun untuk dapat menyaksikan aktivitas para montir kereta serta menelusuri jejak ketuaan stasiun kereta ini. Beberapa karyawan di stasiun ini cukup mengetahui sejarah stasiun, sehingga dapat diajak berbincang.
Bila menuju ke bagian barat stasiun, anda akan menemui tempat perbaikan lokomotif kereta. Anda pasti takjub karena bisa mengamati secara detail setiap komponen yang ada di lokomotif. Bahkan, anda bisa mengamati mesin dari bawah karena ada sebuah tangga menuju bagian bawah lokomotif yang 'diparkir'. Tak jauh dari situ, anda bisa melihat patung kereta kuno berwarna hitam yang juga menarik untuk dinikmati.
Berjalan sedikit ke selatan, anda dapat menemui tempat perbaikan gerbong kereta. Meski tak bisa masuk, anda bisa mengintipnya dari pagar-pagar besi berwarna putih biru yang mengelilinginya. Memandang ke atas, akan terlihat sebuat onderdil kereta yang diletakkan di menara berwarna kuning. Onderdil itu adalah derek penyambung gerbong kereta yang telah digunakan sejak jaman Belanda. Bila anda berjalan lagi ke utara, maka akan ditemui para petugas pembersih kereta.
Kalau anda datang atau akan berangkat pada saat petang, maka sempatkanlah untuk berdiri di antara jalur 4 dan 6 dan lihatlah ke barat. Pemandangan senja yang indah akan bisa ditemui saat langit cerah, berpadu dengan rel-rel kereta yang semakin jauh akan tampak seperti garis-garis yang akhirnya menyatu menjadi satu titik. Adanya derek kereta di menara dan anak-anak jalanan yang membawakan musik akan semakin menambah keeksotikan pemandangan senja.
Puas menikmati keindahan stasiun, anda bisa memulai perjalanan wisata anda di Yogyakarta. Berbagai macam alat transportasi transportasi tersedia di stasiun ini. Anda bisa naik becak menuju Kraton Yogyakarta dan penjualan bakpia di Pathuk. Jika hendak bepergian agak jauh, anda bisa menggunakan bis kota atau taksi, sementara bila akan langsung wisata belanja, anda tinggal berjalan menapaki kawasan Malioboro yang terletak persis di bagian selatannya.
29. Tugu Adipurahttp://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/medium/56217437.jpg
Tugu Adipura ini merupakan salah satu kebanggaan kota jogja. Kota Yogyakarta memperoleh penghargaan Adipura sebagai kota terbersih, dan tercatat Yogyakarta mendapatkannya sebanyak 7x penghargaan. 

http://www.travelcare.co.id/app/webroot/tinymce/plugins/imagemanager/files/innagar.jpg30. Hotel Inna Garuda
Hotel Inna Garuda merupakan salah satu hotel legendaris berbintang 4 di Yogyakarta. Hotel ini terletak di Jalan Malioboro No. 60 Yogyakarta. Hotel ini dibangun pada tanggal 1908 dan memiliki 18 ruang pertemuan, sebuah area pameran yang luas untuk MICE events (meeting, incentive, conference, and exhibition, empat restoran dan sebuah bar yang menawarkan beragam gaya masakan, yaitu:
Ø  Kedai Kopi Enam Djam di Djogja
Ø  Mataram Bar
Ø  Kafe Garuda
Ø  Miyagawa Asahi
Ø  Djanur Kuning.
Hotel Inna Garuda terletak pada jantung kota Yogyakarta tepatnya di Jalan Malioboro yang merupakan surga bagi para orang-orang yang hobi berbelanja, dekat dengan Keraton Yogyakarta, 42 kilometer dari Candi Borobudur yang merupakan candi umat Budha, 17 kilometer dari Candi Prambanan yang merupakan candi umat Hindu.
Hotel Inna Garuda adalah hotel dengan sejarah panjang dan tidak dapat dipisahkan dari Yogyakarta. Sejauh ini, nama hotel telah diubah beberapa kali  kali: Nama aslinya adalah Grand Hotel De Djokdja, Pada saat periode Jepang hotel ini berganti nama menjadi Hotel Asahisetelah 1945 menjadi Hotel MerdekaPada tahun 1950 perubahan menjadi  Hotel Natour Garuda, dan di tahun 1982 sampai sekarang namanya menjadi Inna Garuda. Warnahotel tersebut selalu berwarna putih, itu merupakan simbol Noni Belanda atau perempuan Belanda yang selalu menggunakan gaun putih.

31. Jalan Malioboro
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRX1LbLCxn9qEgJPARQP2YQKkF9ydIelCUEcwY4wIbx_rvMTrE http://blog.kiostiket.com/wp-content/uploads/2013/04/Malioboro-2.jpg
 Malioboro adalah jantung kota Jogjakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Nama Malioboro diambil dari nama seorang Duke Inggris yaitu Marlborough yang pada menduduki kota jogjakarta dari tahun 1811M hingga 1816M. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro. Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penamaan jalan tersebut. Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.

 31. Kepatihan
Ndalem Kepatihan merupakan tempat kediaman remi (official residence) sekaligus kantor Pepatih Dalem. Di tempat inilah pada zamannya di selenggarakan kegiatan pemerintahan sehari-hari kerajaan. Sejak tahun 1945 kantor Perdana Menteri Kesultanan Yogyakarta ini menjadi kompleks kantor Gubernur/ Kepala Daerah Istimewa dan PemProv DIY. Selain Pendopo Kepatihan, sisa bangunan lama tempat ini juga dapat dilihat pada Gedhong Wilis (kantor gubernur), Gedhong Bale Mangu (dulu digunakan sebagai gedung pengadilan Bale Mangu, dan sebuah badab peradilan Kesultanan Yogyakarta dalam lingkungan peradilan umum), Masjid Kepatihan. Sekarang tempat ini memiliki pintu utama di Jalan Malioboro.
32. Pasar Beringharjo
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiA2x2O4j9j6njw45jZQv0TRCwMFzzQwL1uG1Yz58wRI9Xm1rzXkljEia6VUSuJTJRcNWnp8kYUMkfp2acvfAVc_JKP6Gn_B57H0i4r81crPpYjZ4noDjucnCPOnCQ3EdOZ2ghkBd2IN6ig/s1600/Pasar+Beringharjo.jpg http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQkId0gZbmEwJP6NP-EeMK5O0t8cBJiNrhHh5-ZVU93ympWl8aC
Sri Sultan HB IX memberi nama ini Pasar Beringharjo setelah kawasan hutan yang dibuka untuk purposse pada 1756. Terletak di Jalan Ahmad Yani, sebagian besar bangunan itu dibangun oleh Belanda pada tahun 1925, meskipun sisa-sisa gudang Cina sebelumnya masih terlihat pada itu northenside. Di Beringharjo kita dapat membeli pakaian, sepatu, batik, makanan tradisional, dll.
33. Ngejaman
http://farm3.staticflickr.com/2354/2498093021_db7a6f74f7.jpg 
Di kawasan malioboro, terutama yang lintas dekat masuk ke Kraton Ngayogyakarta, terdapat satu buah jam yang berada di tengah jalan, dan dikenal dengan sebutan ngejaman. Letaknya disamping kiri persis bangunan Istana Negara "gedung Agung:. Didekat Ngejaman ada bangunan gereja yang terbuka dan tidak dikasih pagar. Melihat bangunan jam ini, barangkali orang akan segera tahu, bahwa ngejaman yang dulu dengan Ngejaman yang sekarang berbeda jauh. Dulu, tidak ada trotoir seperti trotoir yang bisa dilihat seperti sekarang di Yogya. Yang pasti, jam yang ditaruh di tengah jalan adalah untuk penanda waktu.
http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/03/08/146679_gedung-agung-di-yoyakarta_663_382.jpg
34. Gedung Agung
Bangunan gaya kolonial ini dibangun pada tahun 1842 sebagai Holiday Belanda, ketika periode Belanda itu dulu tinggal Gubernur Jendra1 Belanda. Dan di Jepang periode nama adalah "Tyookan Kantai" sebagai Kantor Militer Jepang. Setelah hari kemerdekaan berubah nama menjadi Gedung Agung. Selama perang kemerdekaan saat Yogyakarta menjadi ibukota Indonesia pada menjadi kediaman resmi dan kantor utama Pemerintah Indonesia. Izin khusus diperlukan untuk torist untuk mengunjungi istana ini. Ada 5 Istana Presiden di Indonesia:
1. Istana Merdeka di Jakarta
2. Istana Bogor di Bogor.
3. Istana Tapak Siring di Bali
4. Istana Cipanas, Jawa Barat.
5. Gedung Agung di Yogyakarta.
35. Benteng Vredeburghttp://yogyakarta.panduanwisata.com/files/2012/05/benteng-Vredeburg.jpg
 Museum ini digunakan untuk menjadi benteng tentara Belanda yang dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan HB I seperti yang diminta oleh pemerintah Belanda. Pada 1788 ia kembali dan diberi nama Rustenburg yang berarti penyegaran fortess. Pada tahun 1876 itu dikembalikan lagi akibat gempa dan namanya diubah menjadi Vredeburg yang berarti benteng perdamaian. Gedung yang terletak di Jl. Ahmad Yani 6 Yogyakarta secara resmi dibuka sebagai museum pada tahun 1992 bernama Museum Benteng Yogyakarta. Benteng Vredeburg dibagi menjadi 4 diorama, mereka adalah:
Ø  Diorama 1 memberitahu kita tentang peristiwa sejarah dalam awal Yogyakarta dari akhir perang Diponegoro pada tahun 1830 sampai periode Jepang pada tahun 1942.
Ø  Diorama_2 memberitahu kita tentang peristiwa bersejarah di Yogyakarta mulai dari kemerdekaan proclamated dari Indonesia pada tahun 1945 sampai Agretion Militery Belanda pada tahun 1947.
Ø  Diorama 3 memberitahu kita tentang peristiwa bersejarah di Yogyakarta mulai dari perjanjian Renville pada tahun 1948 sampai RIS (Republik Indonesia Serikat) pada tahun 1949.
Ø  Diorama 4 memberitahu kita tentang peristiwa sejarah dalam awal Yogyakarta dari Pemilu pertama tahun 1951 sampai 1974.
36. Monumen Serangan Umum    1 Maret 1949http://yogyakarta.panduanwisata.com/files/2012/06/monumen-SO-1-maret.jpg
Dibangun pada tahun 1949 dan itu terkenal dengan Serangan Fajar. Ini disebut Serangan fajar karena ketika rakyat Indonesia melawan Belanda di pagi hari dan pemimpin adalah Letnan Kolonel Soeharto. Dan merupakan serangan besar-besaran di Yogyakarta.  Jadi untuk memperingati itu pemerintah membangun monumen ini.
37. BNI (Bank Negara Indonesia)
http://farm4.staticflickr.com/3116/2784952339_90f3747877.jpgBangunan tua yang elegan ini dirancang oleh arsitektur Jawa R. Sindutama pada tahun 1923. Pada masa Belanda digunakan sebagai kantor asuransi sedangkan pada zaman Jepang digunakan sebagai pusat informasi (pusat radio).
38. Kantor Pos
Bangunan ini real dari Belanda dan memiliki gaya Belanda.
39. Jalan Trikora
Ini adalah jalan terpendek di Yogyakarta, sekitar 30 m.
40. Museum SonoBudoyohttp://www.travel2leisure.com/wp-content/uploads/2010/10/museum-sonobudoyo.jpg
Museum Sonobudoyo dibangun oleh Java Institut pada tahun 1935 dan secara resmi dibuka pada tanggal 6 November 1935 oleh Sri Sultan HB VIII. Ada 9 kamar di museum Sonobudoyo:
1. Pendopo
Di ruangan ini ada banyak INSTRUMEN tradisional (gamelan). Mereka adalah gamelan Kyai dan Nyai Riris Manis dari Mataram dan gamelan Kyai mega Mendung dari Cirebon. Dan biasanya digunakan untuk melakukan kinerja Wayang.
2. Pendahuluan Kamar
Di ruangan ini kita bisa melihat ringkasan isi museum. Ada peta Indonesia, batik, topeng, dll Ada calledPasren tidur tradisional untuk menyajikan Dewi Sri Allah makmur dan ada lampu sebagai simbol penerangan hidup.
3. Prasejarah Kamar
Di ruangan ini kita bisa melihat replika "Peti Kubur Batu", Nakara dan moko, dll
4. Klasik dan Muslim Heritage Room
Di ruangan ini kita bisa melihat, posisi mudra terbesar dan terkecil Al-Quran yang menulis dengan tangan, dll
5. Batik Kamar
Di ruangan ini kita bisa melihat berbagai jenis batik, misalnya batik parang dan batik mega mendung dari Cirebon, dll Dan derication bagaimana membuat batik.
6. Wayang / Puppet Kamar
Di ruangan ini kita bisa melihat berbagai jenis wayang, misalnya wayang kulit untuk implementasi wayang kulit Gedhong, dll Wyang merupakan imajinasi manusia di masa lalu tentang bentuk nenek moyang. Pertama imajinasi yang menarik pada daun dan sekarang itu devoloping dan dibuat dengan kulit sapi. Wayang sangat terkenal di Jawa karena ada banyak cerita yang baik.
7. Topeng / Masker Kamar
Di ruangan ini kita bisa melihat berbagai jenis topeng, misalnya topeng dari Jawa, topeng dari Bali, dll
8. Reinkarnasi The kehidupan manusia
Di ruangan ini kita bisa melihat banyak budaya Jawa. Kita bisa melihat tedak Siten ct (remony, upacara pernikahan, dll Ada gebyok dari Jepara, aksesoris yang terbuat dari perak, dll
9. Budaya Bali Room
Di ruangan ini kita bisa melihat banyak budaya Bali, misalnya patung penari, peralatan tradisional dari Bali, dll Dan di bagian belakang ruangan ini ada sebuah pura kecil bentuknya seperti Candi Bentar.
41. Alun-Alun Utara
http://satusatuen.files.wordpress.com/2011/05/alun-alun-utara-lor-alun-alun-jogja.jpgBiasanya digunakan untuk merayakan / memiliki upacara seperti Sekaten dan Grebeg. Gregeg Maulid juga disebut sekaten, nama itu dari sekaten berasal dari "Shahadat'ain" itu festival besar tahunan merayakan kelahiran Nabi Nabi Muhammad saw. Dan di tengah-tengah alun-alun, ada 2 pohon beringin Jayandaru dan Dewandaru.

http://www.jogjawae.com/wp-content/uploads/2011/09/keraton-yogyakarta.jpg42.  Kraton Yogyakarta (Sultan Palace)
Ini adalah tempat tinggal Sri Sultan HB X. Ini dibangun pada tahun 1756 oleh Sri Sultan HB I sebagai Hasil Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang telah membagi Kerajaan Mataram menjadi 2: Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
43. Masjid Agung
Ada Masjid Agung di sisi barat alun-alun yang dibangun tahun 1733 oleh Sri Sultan HB. sebagai masjid Kesultanan Yogyakarta. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixJUUeWqvpSiPZ9qvYpQMt3juY2IisjAIVh0_vzAojk24wck02C6V_aXgeQu3xHNabOXU7qPw7539aq0swZuF66_NbiMKC-NLeIwUKGuBaKXgjxUWYb0tnP36Gnnh1KXgIvH8ugU2bwRr9/s1600/Masjid+Agung+Yogyakarta+2.jpg

44. MuseumKerhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKdWhI6NRDlLGJQdv2cUmnBJT08QOFOEFZBpguSQs1kPjwuqaa0bOfw-ve6VMIZZFFZMcDUjsF3OB1BzVMQ9Mqt_1DTOW6KbyGpLCiBIg49fvhj98PqUtWXrH2h_k0S-BFuSMhMqnJXSOQ/s1600/Resized_IMG_3361.jpgeta Yogyakarta
Umumnya semua kereta dibeli pada jaman Sri Sultan HB VIII yang dianggap sebagai Sultan pembaharu. Beliau jugalah yang melakukan renovasi Kraton, membeli banyak kereta dan dianggap Sultan yang kaya karena pada jamannya tidak terjadi peperangan (peperangan banyak terjadi pada masa Sri Sultan HB VII).
Ada 23 kereta  yang dalam hal ini disebut sebagai “kareta” yang disimpan didalam museum kareta yang dulunya merupakan ‘garasi’ bagi kereta-kereta kraton. Seekor kuda masih ada dikandang yang terletak disebelah lokasi museum. Beberapa kareta yang dianggap keramat disendirikan dan pintu penyekat hanya dibuka ketika ada pengunjung.
Adapun ke-23 kareta tersebut adalah :
1.Kareta Kyai Jongwiyat, 2.Kareta Kyai Jolodoro, 3. Kareta Roto Biru, 4. Kyai Rejo Pawoko, 5. Kareta Landower, 6. Kareta Premili, 7. Kareta Kus No:10 (baca : Kus Sepuluh), 8. Kareta Kapulitin, 9. Kareta Kyai Kutha Kaharjo, 10. Kareta Kus Gading, 11. Kareta Kyai Puspoko Manik, 12. Kareta Roto Praloyo, 13. Kareta Kyai Jetayu, 14. Kareta Kyai Harsunaba, 15. Kareta Kyai Wimono Putro, 16. Kareta Kyai Manik Retno, 17. Kareta Kanjeng Nyai Jimad, 18. Kareta Mondro Juwolo, 19. Kareta Garudo Yeksa, 20. Kareta Landower Wisman, 21. Kareta Landower Surabaya,22.KaretaLandower,23.KyaiNotoPuro.

45. Rotowijayan Jalan
Terletak di sisi barat Istana Sultan, daerah pusat souvenir terutama untuk batik. Ada juga souvenir lainnya seperti kulit dan kayu. Ada toko Dagadu, itu souvenir khusus / pakaian dari Yogyakarta. Dagadu mens "matamu" atau mata Anda.
46. Pasar Tradisional Ngasem
Ini adalah pasar burung terbesar di Yogyakarta. Pasar ini menyediakan berbagai jenis hewan seperti ikan air tawar, unggas, anjing, kucing dan jenis lain dari hewan peliharaan. Tapi sekarang pasar burung sudah di pindahkan di Jalan Bantul, dan namanya adalah pasar Pasti. Di sini kita bisa melihat Pulo Cemeti atau Pulo Kenanga. Pulo Cemeti adalah struktur tinggi untuk busuk (wanita Kraton. Bangunan ini dikelilingi oleh air ketika kanal air 'dibuka. Orang mengatakan jika bangunan akan terlihat seperti teratai jika dilihat dari udara.
47. Taman Sari
Nama Tamansari berasal dari 2 kata, Taman dan sari. Taman berarti taman dan sari berarti keindahan bunga, karena lama di sekitar kompleks Tamansari banyak bunga tapi sekarang sekitar banyak rumah kompleks. Tamansari dibangun oleh arsitek Portugis dalam konstruksi perairan Eropa dihiasi dengan ornamen melambangkan Jawa. Tamansari dibangun pada abad ke-17, ketika Sri Sultan HB I memiliki kekuasaan atas kerajaan. Untuk bekerja diselesaikan oleh Sri Sultan HB II.
Sebelumnya Tamansari adalah sebuah taman rekreasi atau sebuah rumah peristirahatan bagi Sultan kering nya. keluarga. Yang lainnya. Rumah peristirahatan termasuk Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun dan Ambarukmo. Semua tempat difungsikan untuk liburan dan meditasi untuk keluarga kerajaan. Fungsi lainnya digunakan sebagai tempat persembunyian bagi keluarga kerajaan untuk membela melawan musuh assult.
Ada banyak jenis pohon-pohon di sini. Ada sawo kecik melambangkan dari kebecikan atau kebaikan. Ada jeruk kinkit melukis kuku jari untuk mistrees, ada kepe1 (kepe1 adalah buah tertentu di Yogyakarta) dan juga pohon kenanga sebagai aromaterapi dan banyak lagi.
Tamansari memiliki 3 kolam renang yang disebut Umbulbinangun. Yang pertama adalah kolam utara untuk anak-anak, yang bernama adalah Pamuncar Umbul. Pusat kolam renang untuk wanita, yang bernama adalah Panguras Umbul. Dan kolam selatan adalah untuk wanita memilih oleh Sultan, bernama Pamungkas adalah Umbul. Pusat dan kolam renang selatan dibagi dengan tangga bangunan untuk Sultan untuk mengamati wanita. Ketika Sultan menemukan seorang wanita yang dia suka, dia akan melemparkan bunga kepada wanita dan kemudian wanita harus menemaninya. Di sini ada begitu banyak melati, dulu ketika Sri Sultan melempar bunga, bunga melati itu.
48.  Masjid Soko Tunggal
Di kompleks Tamansari ada Masjid Soko Tunggal, sebuah masjid yang unik dengan pilar tunggal yang berbeda dari arsitektur tradisional Jawa. Meskipun dibangun pada awal abad XX, masjid memberikan daya tarik lain dari daerah ini.
49. Alun-alun Selatan
Ada begitu banyak orang datang ke sini untuk nongkrong karena ada begitu banyak penjual di sini. Dan di tengah-tengah alun-alun, ada 2 pohon beringin,yang di beri nama Wok dan Sapit Urang.. Dan menurut mitos jika tentang hal itu, permainan ini namanya Masangin atau memasuki antara 2 beringin pohon dengan mata tertutup maka impian kita dapat terkabul. Selain alun-alun ini ada Sasono Ringgil Dwi Abad, mengapa nama adalah Dwi Abad peresmian tempat ini ketika 200 tahun ulang tahun Kota Yogyakarta. Dan Sasono Hinggil berarti bangunan tinggi.
50. Plengkung Gading
Keraton Yogyakarta memiliki  5 plengkung / gerbang menuju jeron Benteng, kelima plengkung tersebut adalah:
1. Plengkung Ngasem (Jaga Suro)
2. Plengkung Tamansari (Jogoboyo)
3.Plengkung Gading (Nirboyo)
4.Plengkung Wijilan (Taruno Suro)
5. Plengkung Suryo Mataram (Madyasuro) _ telinga persegi selatan adalah plengkung Gading.
51. Panggung Krapyak
Panggung Krapyak dahulu merupakan  temopat di mana raja-raja kasultanan pergi berburu. Ini diberitahu bahwa wilayah Krapyak, yang sekarang terletak di selatan Kerajaan Yogyakarta, adalah hutan lebat. Ada berbagai macam hewan liar, salah satunya rusa atau dalam bahasa Jawa disebut Menjangan. Ini tidak mengherankan bahwa daerah ini digunakan sebagai tempat untuk pergi berburu oleh raja-raja Mataram. Arsitektur bangunan ini unik. Masing-masing pihak memiliki satu pintu dan satu jendela. Pintu dan jendela yang tanpa jendela. Dasar pintu dan jendela adalah persegi.
52. Prawirotamanhttp://analisapublik.com/wp-content/uploads/2013/04/prawirotaman.jpg
Prawirotaman adalah salah satu kampung turis yang ada di Yogyakarta. Karena terkenal dengan nuansa kompleks bangsawan Jawa, turis mancanegara memilih menginap di kampung ini. Sedangkan turis domestik lebih tertarik dengan harga yang relatif murah, kebersihan , dan pelayanan ramah yang ditawarkan oleh penyedia jasa penginapan di Prawirotaman. Pada kawasan ini juga banyak penginapan dengan arsitektur bangunan yang unik, dari bentuk jawa klasik sampai hotel masa kini.
Kampung Prawirotamam telah dikenal semenjak abad ke-19 saat kraton memberikan hadiah berupa sebidang tanah kepada seorang bangsawan kraton bernama Prawirotomo. Sejak dahulu kampung tersebut memiliki peran yang besar bagi Yogyakarta. Pada masa sebelum kemerdekaan misalnya, kampung ini menjadi pusat pembentukan pasukan pejuang. Setelah kemerdekaan, kampung tersebut dikenal sebagai pusat industri batik cap yang dikelola oleh keturunan Prawirotomo. Seiring lesunya industri batik cap pada tahun 70-an, para keturunan Prawirotomo merubah haluan ke jasa penginapan dan Prawirotaman juga mulai dikenal sebagai kampung turis.
Walaupun ada beberapa penginapan yang telah berpindah tangan, kebanyakan masih tetap dikelola oleh keturunan Prawirotomo yang terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Werdoyoprawiro, Suroprawiro, dan Mangunprawiro.
Kawasan Prawirotaman dibagi menjadi tiga bagian, Prawirotaman I atau terkenal dengan sebutan prawirotaman saja, Prawirotaman II yang terletak di sebelah selatan Prawirotaman yang berbatasan langsung dengan pasar tradisional, dan Prawirotaman III. Meski bagian selatan tersebut sebenarnya adalah Prawirotaman III, tetapi kawasan tersebut lebih dikenal dengan nama Jalan Gerilya. Kabarnya selain Prajurit Prawirotomo kawasan ini juga merupakan markas Prajurit Hantu Maut (salah satu serdadu perjuangan kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta). Pada salah satu sudut jalan juga terdapat sebuah prasasti yang dibuat untuk mengingat perjuangan pasukan tersebut.
Jika bingung atau kesulitan mencari tempat penginapan, Prawirotaman bisa menjadi salah satu alternatif tempat menginap. Pada kawasan tersebut banyak tersedia penginapan atau losmen yang menawarkan harga terjangkau mulai dari harga Rp 50.000,- sampai dengan Rp 300.000,- per malam.
Beberapa artshop yang menjual berbagai pernak-pernik unik meramaikan kawasan ini. Batik cap adalah salah satu barang antik yang laris dibeli oleh turis mancanegara. Detail motif yang menarik dan bernilai sejarah tinggi menjadi ketertarikan tersendiri. Kain-kain tersebut biasanya digunakan untuk penghias meja, ruangan, atau sekedar koleksi.
Selain penginapan dan barang kesenian pada kawasan tersebut juga terdapat berbagai tempat pelayanan seperti agen tour dan travel, warung internet, warung telepon, kafe, restoran, money changer dan juga toko buku yang menjual buku lokal maupun impor. Kafe dan restoran pada  kawasan tersebut banyak menyajikan masakan dan suasana khas Jawa dan Eropa, bahkan paduan dari keduanya.

53. Pasar Telo Karang Kajenhttp://images.plurk.com/7443473_68cca4aad541cf4cae7ceb48cb5fa115.jpg
Pasar ini unik karena hanya menyediakan telo atau singkong. Ada banyak makanan dari telo, seperti gethuk, cemplon, sawut, dll.
54. Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Wirosaban
http://farm3.staticflickr.com/2688/4123712663_c9cd597fa2_m.jpg
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wirosaban Kota Yogyakarta adalah Rumah sakit Umum kelas C yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan (SK) Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SKV/1994, dan dikukuhkan dengan Peraturan daerah no. 1 tahun 1996.
Berdasarkan Perda no. 47 Tahun 2000, kegiatan operasionalnya dimulai pada 10 Oktober 1987 dan menjadi unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam bidang Pelayanan Kesehatan untuk Rumah Sakit.
Rumah sakit ini mempunyai visi dan misi sebagai pelaksana pelayanan prima dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan dan mewujudkan pengembangan pelayanan perumah sakitan dan manajemen rumah sakit yang memuaskan.
Dengan motto Pelayanan dengan Senyum, Sapa, Sopan, Santun dan Sembuh (5S), rumah sakit ini bertekat untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat Kota Yogyakarta dan sekitarnya yang membutuhkan layanan kesehatan. 

Jenis Layanan:
- Poliklinik Spesialis
  - Poliklinik Spesialis Anak.
  - Poliklinik Spesialis Bedah.
  - Poliklinik Spesialis Dalam
  - Poliklinik Spesialis Kebidanan dan kandungan
  - Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin.
  - Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
  - Poliklinik Spesialis THT
  - Poliklinik Spesialis Mata
  - Poliklinik Spesialis  Syaraf
  - Poliklinik Spesialis Jiwa
  - Poliklinik Gigi dan Mulut
  - Poliklinik Konsultasi Gizi




Closing
       Tidak terasa begitu cepat perjalanan city tour kita pada siang hari ini. Harapan saya jika bapak, ibu berkunjung kembali ke Yogyakarta bisa menggunakan jasa saya. Terima kasih atas kepercayaan bapak, ibu sekalian, Mohon maaf apabila jika selama pemanduan terdapat salah kata atau hal yang kurang berkenan di hati bapak, ibu dan saya ucapkan Selamat siang. J


0 komentar: